Konser Angklung Malam Paskah, Kita Bhinneka Kita Indonesia

angklung GaudeteHari Kamis, 29 Maret 2018, empat hari menjelang Paskah, kelompok angklung lansia ditinggalkan oleh Bapak R Supardi. Pendiri kelompok angklung lansia di gereja Santa Perawan Maria Ratu (Blok Q), pulang ke rumah Bapa saat kelompok Angklung Gaudete, demikian nama kelompok ini, bersiap untuk Konser Angklung di Malam Paskah, 31 Maret 2018.

Tulisan ini saya dedikasikan untuk Pak Pardi, demikian panggilan akrab beliau. Semboyan kelompok Angklung kami adalah “Semper Gaudete In Domino”, artinya “Selalu bersukacita di dalam Tuhan”. Semboyan ini digubah menjadi sebuah lagu oleh Pak Pardi, yang juga kami mainkan malam Paskah ini.  Terima kasih Pak Pardi, beristirahatlah dalam damai Tuhan.

Menurut rencana kami akan memainkan sepuluh lagu. Wow… bisakah?

Saya sangat khawatir. Untunglah, para pengurus dan pelatih yang sama-sama lansia sangat optimis. Saya bukannya orang yang pesimistis tapi karena teman-teman lansia datang latihannya silih berganti. Saya pun pernah absen. Ha haha…!

Rupanya teman teman lansia saya ini sangat bergairah jika akan ada pementasan. Terbukti beberapa kali latihan terakhir kami betul-betul sangat kompak. Hujan, angin, petir pun kami tetap datang untuk berlatih. Tempat latihan kegusur, cari tempat alternatif. Hebat, kan?!

Oh iya semangat kami makin berkobar karena ada Kang Riuh yang membantu memberi warna pada permainan angklung kami dengan permainan Gambang. Mudah-mudahan saya nggak salah sebut.

Teman teman juga sangat bersemangat membuat seragam khusus untuk tampil di konser ini. Padahal, mungkin lebih keren jika kami tampil berbusana bebas dalam aneka corak dan warna busana daerah. Rasanya seperti ini lebih pas dengan tema “Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Tak apa, ini hanya masalah selera. Buktinya, tuh… teman teman saya sudah mulai berdatangan memakai pakaian seragam batik.

Sesuai rencana konser terdiri dari dua bagian.

Yang pertama diawali lagu:

Gaudete

You Raise Me Up

Hanya Debulah Aku

Kristus Bangkit

Alleluya

Bagian ke-dua dengan lagu (klik tulisan biru untuk menonton videonya):

Lisoi dari Tapanuli Sumatera Utara

Ondel Ondel dari Jakarta

Anging Mammiri dari Makassar Sulawesi Selatan

Yamko Rambe Yamko dari Papua

Kita Bhinneka Kita Indonesia.

Semoga penampilan Angklung Gaudete ini, dapat memberi secercah hiburan kepada rekan-rekan umat Paroki Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q, Kebayoran Baru, yang mulai datang ke gereja sejak pukul 16.00 WIB, padahal Upacara Malam Paskah baru akan dimulai pada pukul 18.00 WIB.

Semoga kita sungguh menghayati kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dalam kebhinnekaan. Kita bhinneka, kita Indonesia.

Selamat Paskah kepada para sababat pembaca yang merayakan Paskah.

Mari kita amalkan Pancasila!

Video credit: Pritya

Teman teman juga sangat bersemangat membuat seragam khusus untuk tampil di konser ini. Padahal, mungkin lebih keren jika kami tampil berbusana bebas dalam aneka corak dan warna busana daerah. Rasanya seperti ini lebih pas dengan tema “Kita Bhinneka, Kita Indonesia”. Tak apa, ini hanya masalah selera. Buktinya, tuh… teman teman saya sudah mulai berdatangan memakai pakaian seragam batik.

Sesuai rencana konser terdiri dari dua bagian.

Yang pertama diawali lagu:

Gaudete

You Raise Me Up

Hanya Debulah Aku

Kristus Bangkit

Alleluya

Bagian ke-dua dengan lagu:

Lisoi dari Tapanuli Sumatera Utara

Ondel Ondel dari Jakarta

Anging Mammiri dari Makassar Sulawesi Selatan

Yamko Rambe Yamko dari Papua

Kita Bhinneka Kita Indonesia.

Semoga penampilan Angklung Gaudete ini, dapat memberi secercah hiburan kepada rekan-rekan umat Paroki Santa Perawan Maria Ratu, Blok Q, Kebayoran Baru, yang mulai datang ke gereja sejak pukul 16.00 WIB, padahal Upacara Malam Paskah baru akan dimulai pada pukul 18.00 WIB.

Semoga kita sungguh menghayati kisah sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus dalam kebhinnekaan. Kita bhinneka, kita Indonesia.

Selamat Paskah kepada para sababat pembaca yang merayakan Paskah.

Mari kita amalkan Pancasila!

Salam,

IMG

Video credit: Pritya

Betulkah Namanya Jambu Perada?

parada

Suatu hari di pertengahan tahun delapan puluhan, saya ditemani suami pergi ke Pasar Minggu untuk cuci-cuci mata mencari bibit tanaman buah.

Ternyata kami tidak salah sasaran. Di sepanjang jalan itu berderet penjual tanaman buah. Menurut ingatan saya itu di jalan Raya Pasar Minggu.

Dulu suasananya sangat jauh berbeda dengan situasi sekarang. Kemajuan kota memang dibutuhkan tapi sayang banyak juga nilai-nilai tradisional yang tergusur. Contohnya pekarangan rumah yang sudah menciut atau hilang sama sekali. Malah rumah-rumahnya pun sudah ikut tergusur. Begitupun keramahan penduduk sudah sulit ditemukan.

Karena teringat masa kecil saya dulu, saya mencari bibit pohon buah Lobi-lobi. Di Makassar kami menyebutnya Lobelobe. Rupanya saya belum beruntung karena katanya sedang kosong.

Kata si penjual untuk apa menanam Lobi-lobi yang pohonnya tinggi besar, mending pohon jambu Perada ini.

Jambu Perada? Continue reading

Jangan Membiasakan Anak Kecil Duduk di Belakang Kemudi…

IMG-20170411-WA0011 (1)

Ray (5 bulan) menyetir bersama Opa

Tadi pagi di kompleks perumahan, saya melihat teman saya menyetir mobil sambil memangku cucunya yang ikut memegang setir.

Saya jadi teringat kebiasaan suami saya yang suka mengajak anak menyetir..

Ini kisah puluhan tahun silam, ketika itu usia kami masih dua puluhan.

Suami saya sangat menyukai bermain dengan anak kecil dan anak-anak pun sangat lengket kepadanya.

Saking sayangnya kepada anak-anak, dia pun belajar bermain sulap. Membakar kertas yang kemudian menjadi permen, itu yang paling dinantikan. Maklum waktu itu permen yang enak masih sangat langka.

Bila kami bertamu ke rumah kakak, putranya yang bernama Wahjudi pasti menangis ketika kami pamit pulang. Waktu itu usianya masih sekitar tiga tahun.

Mau tahu kenapa?

Continue reading

November Bulan Peduli Kanker Paru Sedunia

IMG-20161111-WA0021.jpg

Foto pita putih ke abu-abu an ini saya dapatkan dari sahabat saya mbak Ester Sutiono, Humas CISC/Cancer Information and Support Center,

Ternyata dunia mendedikasikan bulan November  sebagai bulan peduli kanker paru-paru. Hal ini mungkin belum terlalu dikenal masyarakat luas. Lain halnya dengan Oktober bulan kanker payudara, sudah tersebar luas dengan simbolnya, pita pink.

Mengapa demikian?

Mungkin karena jumlah penyandang kanker paru-paru tidak sebanyak penyandang kanker payudara, sehingga masih kurang dibicarakan,

Padahal perlu dicatat kanker paru-paru lebih sulit untuk disembuhkan dan jumlah penderitanya juga semakin bertambah.

Oleh karena itu saya akan mencoba mengulas sedikit mengenai kanker paru-paru, agar kita bisa lebih waspada.

Tentu kita semua sudah mengetahui bahwa paru-paru adalah organ tubuh kita yang sangat vital, sebagai alat pernafasan kita. Makhluk hidup dinyatakan mati, apabila ia sudah tidak bernafas, iya kan ?!

Paru-paru memiliki dua fungsi utama, yaitu menyebarkan oksigen ke dalam darah saat kita menghirup nafas dan membuang karbondioksida saat kita membuang nafas.

Kita sering mendengar seorang pasien kanker dikatakan sudah parah, karena kankernya sudah menyebar ke paru-paru. Ini berarti dia kena kanker di paru-paru akibat penyebaran dari kanker lain.

Kanker paru-paru ini disebut kanker paru-paru sekunder.

Sebetulnya, apakah kanker itu? Dia adalah pertumbuhan sel abnormal yang pertumbuhannya tidak terkendali.

Apakah semua orang memiliki bibit kanker? Tidak.

Yang benar, semua orang berisiko terkena kanker.

Kanker, dinamai berdasarkan di mana dia tumbuh.

Umpama Kanker Payudara, Kanker Hati, Kanker Tulang, Kanker Usus, Kanker Rahim, Kanker Prostat, Kanker Otak dan masih banyak yang lain.

Ini semua disebut Kanker Primer.

Jadi, bila kanker payudara si pasien menyebar ke paru-paru, maka di samping kanker payudara primer, dia juga menyandang kanker paru-paru sekunder.

Yang kita mau fokus kali ini adalah Kanker Paru-paru Primer.

Gejala awal tidak terlihat sampai pertumbuhan kanker mencapai tahap tertentu.

Beberapa gejala yang perlu diperhatikan.

* Batuk yang berkepanjangan dan bertambah parah, hingga akhirnya mengalami batuk darah.

* Nafsu makan menurun.

* Sakit kepala.

* Sesak nafas dan nyeri di dada.

* Suara serak.

* Berat badan menurun.

* Merasa kelelahan tanpa sebab.

* Dan lain-lain.

Kanker paru-paru lebih banyak menyerang kaum laki-laki.

IMG-20161111-WA0023.jpg

Penyebab kanker paruparu :

* Asap rokok, ada sekitar 4000 zat kimia berbahaya dalam asap rokok.

* Polusi udara, asap knalpot kendaraan, pencemaran dari pabrik, peternakan dan lain-lain.

Deteksi dini :

* Rontgen, untuk deteksi kelainan di paru-paru

* Pemeriksaan dahak, dilakukan di laboratorium.

* Biopsi, pengambilan contoh jaringan paru-paru untuk pemeriksaan patologi.

Pencegahan :

* Jangan merokok. Baik sebagai perokok aktif maupun perokok pasif.

Yang sudah telanjur aktif merokok, hentikanlah segera kebiasaan ini. Tidak perlu secara bertahap tapi langsung berhenti. Paling cuma seminggu merasa aneh. Hehe…pasti, sudah dibuktikan beberapa kawan saya.

Yang perokok pasif, hindari orang-orang yang asyik merokok. Masalahnya masih banyak saudara-saudara kita yang tidak mengindahkan larangan merokok di tempat umum. Tidak ada sanksinya, sih.

* Hindari daerah rawan polusi.

Menu sehat

Konsumsi makanan sehat yang segar, sayuran dan buah yang tinggi serat.

Olahraga

Melakukan olahraga rutin dan teratur, sesuai tingkatan umur dan kebutuhan,

Yang saya tulis ini, saya dapatkan dari seminar-seminar awam yang pernah saya ikuti. Pasti masih jauh dari sempurna.

Harapan saya semoga ini cukup untuk mengajak kita semua peduli akan bahaya kanker paru-paru dan bersama-sama kita berusaha mengolah hidup yang lebih sehat. Bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan kita bersama.

Sebab kanker ini, salah satu kanker yang sulit disembuhkan, tolong jangan merokok di tempat umum dan di dekat orang-orang tercinta anda.

Ingat almarhum Menteri Kesehatan kita Ibu Endang Rahayu Sedyaningsih yang terdiagnosis kanker paru-paru dan tidak tertolong.

Beliau bukan seorang perokok aktif, beliau pejuang anti tembakau.

Yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai kanker paru-paru, cobalah kontak yang berikut ini.

Narasumbernya tidak diragukan lagi.

Semoga masih tersedia tempat untuk anda. Maaf saya juga baru menerimanya.

IMG-20161111-WA0019.jpg

Mari bersama kita peduli!

http://m.kompasiana.com/irenemarianisiho/aku-butuh-hidup-bukan-rokok_556c4bf8367b6140048b456e

https://irenemarianisiho.wordpress.com/tag/hari-tanpa-rokok/

https://irenemarianisiho.wordpress.com/2014/05/01/mengenang-ibu-endang-rahayu-sedyaningsih-mamahit/

Salam,

IMG

Aubade 17 Agustus Membantu Pembentukan Karakter

Memasuki bulan Agustus dan melihat penjual bendera di pinggir jalan, selalu mengingatkan saya kembali ke masa kecil.

Di Makassar pada masa itu, belum ada penjual bendera di jalan-jalan. Namun begitu memasuki  bulan Agustus, itulah waktu yang saya tunggu-tunggu. Mengapa?

Karena berarti masa mulai latihan untuk Aubade akan segera dimulai.

Mungkin ada yang belum tahu, apa itu Aubade? Katanya sih, Aubade berarti nyanyian pagi. Memang Aubade selalu dilangsungkan pada pagi hari.

Pertama kali saya mengikuti Aubade ketika saya berusia sepuluh tahun. Ketika itu saya bersekolah di Hwa Chiao 2, sekolah berbahasa Mandarin. Sekolah ini terletak di jantung China Town di kota Makassar, tepatnya di Jalan Lombok. Kalau tidak salah, sekarang menjadi Kelenteng.

Begitu memasuki bulan Agustus, kami pasti mulai sibuk latihan menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Saya tidak menulisnya, semua pasti tahu lagu perjuangan.

Walau sekolah kami berbahasa Mandarin atau lebih tepatnya disebut Sekolah Cina pada waktu itu, namun hal-hal yang menyangkut peristiwa nasional selalu diperhatikan oleh pengurus sekolah. Teristimewa menyangkut Hari Kemerdekaan Indonesia, walaupun kami juga merayakan Hari Kemerdekaan Taiwan, karena sekolah saya itu pengikut Kuomintang.

Lagu-lagu perjuangan selalu dilatih terlebih dulu di sekolah, kemudian baru latihan kolektif bersama sekolah-sekolah lain, termasuk sekolah negeri.

Waktu pertama mengikuti latihan sangat sulit rasanya tapi itu tidak menyurutkan semangat kami untuk berlatih. Dari sekolah, kami jalan berbaris ke tempat latihan yang letaknya lumayan jauh. Kalau tidak salah di Jalan Gunung Batu Putih.

Kami latihan sekitar lima enam kali, sampai pelatih merasa puas.

Aubade dilaksanakan di Gubernuran Makassar, tepat pada Hari Proklamasi 17 Agustus.

Saya sangat bangga bisa bernyanyi di sana, diantara ratusan pelajar atau apa ribuan ya. Tidak jelas, soalnya ini ingatan dari seorang anak kecil enam puluhan tahun silam.

Saya sempat ikut Aubade, empat atau lima kali. Hebat, kan?! Lagu-lagu perjuangan yang kami nyanyikan, lirik maupun iramanya sangat membekas di hatiku. Sangat sulit buat kami untuk menghafal lagu-lagu tersebut. Kami hayati dengan penuh perjuangan sampai bisa. 

Mungkin karena sulitnya perjuangan untuk menghafal lagu-lagu itu, apalagi untuk mengerti arti liriknya, maka lagu-lagu itu akhirnya betul menempa semangat cinta Tanah Air. 

Bayangkan di rumah saya berbahasa Makassar, di sekolah berbahasa Mandarin, lalu harus belajar bernyanyi lagu berbahasa Indonesia. Untung pelatih kami sabar dan baik. Kelak setelah saya remaja dan bersekolah di SGA ( Sekokah Guru Atas), saya berjumpa lagi dengan pelatih Aubade itu Bapak Leo Ch. Gaspersz (semoga saya tidak salah mengeja nama beliau), guru Ilmu Jiwa kami. Ternyata, sebagai guru beliau sangat tegas, jadi tidak terlalu sabar, hehe… seperti penilaian saya semula, namun beliau betul memang baik. Beliau memang pantas menjadi guru Ilmu jiwa, sebab pada saat melatih Aubade beliau sangat sabar karena mengerti yang dilatih banyak anak dari Sekolah Mandarin. 

Lagu pertama yang saya kuasai Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa Kita dan Berkibarlah Benderaku. Pasti pengaruh kedua lagu ini, yang membuat saya sangat peka soal Kebangsaan.

Semoga secuil kisah ini bisa menggugah Semangat Persatuan dan Cinta Tanah Air. Dirgahayulah Bangsa dan Negaraku Indonesia !

Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan ke-71, Tujuh Belas Agustus 2016

Merdeka…!

Salam,

IMG

Go Wild for Life

wed 2

Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati setiap tahun pada tanggal 5 Juni.

Tujuan ditetapkannya Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau World Environment Day( WED)  adalah, untuk menginspirasi orang-orang penghuni bumi ini, untuk bertindak dalam melestarikan lingkungan hidup.

Banyak cara untuk peduli terhadap lingkungan hidup kita. Kebanyakan orang berpikir melestarikan lingkungan hidup adalah dengan menanam pohon.

Ya, itu adalah salah satu tindakan yang baik.

Namun sebenarnya pelestarian lingkungan hidup mengcakup banyak hal, karena itu kemudian ada Hari Air, Hari Bumi, Hari Sejuta Pohon, Hari Ozon dan masih banyak yang lain. Semuanya bertujuan mengajak kita untuk menolong bumi yang rusak karena keserakahan manusia juga.

Tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang diusung setiap tahun berubah.

Tahun ini United Nations Environment Programme (UNEP), menetapkan tema Go Wild For Life. Maksudnya mengajak semua orang di bumi ini untuk memerangi perdagangan ilegal dan tidak memberi toleransi terhadap perdagangan ilegal satwa liar.

Di seluruh dunia terjadi perburuan satwa liar dengan tujuan diperdagangkan. Gajah dibunuh untuk diambil gading/taringnya. Harimau juga terancam punah karena keelokan kulitnya. Burung-burung, monyet, ikan, bahkan tanaman pun terancam punah. Di Indonesia sendiri sudah ratusan spesies  yang terancam punah.

Go Wild For Life, isu utama yang diangkat tahun ini, mungkin untuk melaksanakannya secara langsung kurang bisa terjangkau oleh kebanyakan orang. Namun secara tidak langsung kita bisa mendidik generasi muda dari kecil untuk lebih mengenal dan mencintai satwa-satwa liar. Jika sudah demikian, kelak setelah anak-anak itu dewasa, mereka pasti bisa kita andalkan untuk menjadi benteng pertahanan para satwa liar kita.

Untuk mengenalkan, tidak perlu harus bermain bersama. Dulu ketika cucu saya masih kecil, kira-kira umur setahun setengah oleh orangtuanya dia dibawa berpiknik ke Taman Safari. Kebetulan cucu saya itu shionya, macan. Lihat betapa senangnya dia bermain dengan anak macan, sampai dia jatuh bangun bercanda.IMG_20160326_080742_editIMG_20160326_080721_edit

 

Dua tahun kemudian, ketika cucu saya itu telah bersekolah pra TK, bersama teman-teman sekolahnya, kembali berkunjung ke Taman Safari dan berjumpa kembali dengan anak macan sahabatnya dulu, yang sudah menjadi jauh lebih besar dibanding dirinya, si anak shio macan. Hehe…

IMG_20160326_080532_edit

Saya tidak menganjurkan anak kecil dibiarkan bermain demikian dengan satwa liar walau satwanya masih anak-anak juga.

Menurut saya itu berisiko.

Jadi walau tidak sesuai tema, apa pun yang bisa kita lakukan, ya lakukan saja.

Contohnya:

Tidak boros memakai air bersih.

Mengurangi pemakaian kendaraan bermotor.                              

Mengurangi pemakaian listrik.

Mengurangi pemakaian kertas.

Mengurangi pemakaian plastik.

Tidak membuang sampah sembarangan.

Membuat lubang biopori dan menanam pohon sebanyak-banyaknya seperti sudah disebutkan di atas.

Dan kalau anda setuju, mengurangi mengkonsumsi daging. Alasannya nanti saya tulis dalam artikel tersendiri. Setuju, ya?!

Pokoknya, kita sebagai pribadi-pribadi melakukan apa saja, sekecil apa pun itu, jika disatukan pasti akan membawa manfaat yang sangat besar untuk bumi kita tercinta.

Yuk, kita mulai….! Anda, saya dan dia, bersama kita lestarikan Lingkungan Hidup kitaWED 1

Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2016.

Salam,

IMG

Awas, Hati-hati dengan si Cantik Rupa

oleander1

Bunga Oleander yang Cantik (lokasi Tanjung Pasir Resort, Tangerang)

Begitulah para orangtua sering menasihati anak-anaknya. Jangan terpikat wajah cantik atau wajah tampan. Lihat perangai dan sifat-sifatnya yang baik.

Begitu, kan?! Saya tambah, boleh?

Jangan terpikat dompet tebal, siapa tahu itu hasil korupsi.

Rupanya, peringatan ini berlaku juga buat tanaman bunga yang cantik.

Bila melihat mawar yang baru mekar merekah, jangan gegabah langsung memetiknya. Hati-hati, karena tangan bisa tertusuk durinya yang tajam. Ah…basi, begitu kata anda, kan?! Orang-orang juga sudah pada tahu bahwa  mawar itu berduri.

Nah, demikian juga halnya dengan Oleander, si cantik yang konon berbahaya. Memang banyak yang sudah tahu, tapi mungkin lebih banyak lagi yang belum tahu.

Apa bahayanya? Continue reading

Sayur Jantung Pisang, Masakan Sehat untuk Semua

IMG-20151010-WA0005

Sisa jantung pisang yang belum sempat dimasak (sumber:whatsApp)

Saya tergoda menulis artikel ini, karena pengalaman seorang kawan yang tidak sukses dengan masakan jantung pisangnya. Entah mengapa jantung pisang itu, kok bisa pahit. Dia pasti sangat kecewa, apalagi selain jantung pisang ia juga menggunakan satu ekor ayam dalam resep masakannya. Tapi, sebenarnya yang paling menggelitik saya untuk menulis adalah gambar sepatu jantung pisang yang dikirimkan melalui WhatsApp, dengan judul “Sisa jantung pisang yang belum sempat dimasak”.

Fantasi saya mengatakan, dia kirim itu karena kesal dengan jantung pisang masakannya yang pahit. Saya pikir kreatif juga dia, bisa membuat sepatu dari jantung pisang. Foto itu membuat saya tertawa terpingkal-pingkal sampai sakit perut. Sebetulnya apa yang lucu dengan gambar itu? Malah, sebenarnya rada sedikit aneh ya?! Bukankah jantung pisang itu bisa dimasak menjadi lauk yang enak?! Saya nggak tahu mengapa bisa sampai segeli itu. Ternyata, gambar itu bukan buatannya. Dia pun sudah lupa mengambilnya dari mana. Sebenarnya saya ingin bertanya, apakah dia mengirim itu karena kesal akan jantung pisangnya yang pahit?

Waa… pendahuluan saya sudah kepanjangan, ya. Oke, saya mulai deh.

Jaman dulu, terutama pada saat-saat sehabis melahirkan, menu makanan saya pasti selalu ada sayur jantung pisangnya. Dalam bahasa Makassar disebut Gangang DokePallu Santang.

Mengapa? 
Continue reading