“Ayo, Ketemu Aku di Asian Games 2018 Jakabaring, Palembang!”

Ayo ketemu di Asian GAmes 2018 ed“Ayo, ketemu aku di Asian Games 2018 Jakabaring, Palembang!,” begitu katanya menantang. Siapakah dia? Atletkah? Oh, bukan! Kalau bukan atlet, mengapa ia menantang ketemu di Asian Games 2018 Palembang?

Pasti karena terbawa suasana kemeriahan hiruk pikuk persiapan menyongsong perhelatan Asian Games 18 08 2018 Jakarta – Palembang.

Mami Ros, demikian kami menyapanya. Nama lengkapnya adalah Rosalinde M Balay. Beliau adalah lansia penyintas kanker yang penuh semangat dan bernyali besar. Setelah membaca penggalan-penggalan kisahnya, Anda pun pasti setuju dan sependapat dengan saya.

Mami Ros lahir di Banjarmasin pada tahun 1939. Ia adalah isteri dari Bapak HR Notokusumo, dan ibunda dari dua orang putera dan dua orang puteri.

Saya sudah lama mengagumi Mami Ros. Bayangkan, di usianya yang sudah tidak muda Mami masih saja bersemangat tinggi melakukan travelling. Sebagian bukan sekadar jalan-jalan biasa tapi bersama rekan-rekan Cancer Information and Support Center (CISC) untuk mengadakan penyuluhan edukasi mengenai kanker serta berbagi pengalaman sebagai penyintas.

Belum lama kembali dari Sulsel; Makassar, TanaToraja dan sekitarnya, pada tanggal 5 Mei 2018 sudah menuju Banjarmasin untuk menghadiri peresmian CISC cabang Kalsel. Kemudian 1-5 Juni 2018 kembali berangkat lagi ke Sumsel Palembang guna menghadiri peresmian CISC Sumsel. Rekan-rekan CISC sangat bangga karena pada peresmian cabang Sumsel ini Gubernur Sumsel, Bapak Alex Noerdin, berkenan hadir.

Melihat kegiatan dan acara Mami yang begitu padat, saya tidak habis pikir, “Tenaganya dari mana ya?!” Sepertinya Mami tidak pernah diam. Acara kunjungan pasien, memberi support kepada teman-teman, acara kuliner, dan apa saja deh. Padahal, Mami itu selain sudah lansia, beliau pun penyandang berbagai penyakit. Terapi demi terapi dijalani dengan berani dan tabah.

Mau tahu kisah Mami? Mengapa kita wajib kagum akan semangat dan nyalinya yang besar?!

Bukan hanya karena kegiatannya yang seabrek di usia lanjut. Tapi lihat ketabahannya menjalani terapi penyakitnya yang beragam dan pasti sempat menakutkannya.  Belum lagi rasa sakit yang harus dialaminya.

Pertama kali Mami menjalani operasi Endometrium karena kanker pada Agustus 1979. Kemudian pada Agustus 2010 kembali harus dioperasi. Kali ini operasi mastektomi mammae bilateral. Artinya operasi pengangkatan kedua payudara. Di samping dua penyakit tadi, masih ditambah bocor Katup Jantung, penyakit Parkinson, Sinusitis, Batu Ginjal dan Vertigo.

Mami menjalani ESWL( Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy) 18 kali. Yaitu penghancuran batu ginjal dengan gelombang kejut. Operasi batu ginjal PNCL(Percutaneous Nephrolithotomy), 4 kali operasi kanker karena banyaknya benjolan yang harus diangkat. Begitulah yang diceritakan Mami kepada saya. Kurang lebih 20 kali masuk kamar operasi.

Apa rahasia suksesnya? Saya yakin karena Mami pemberani dan tentu saja karena ditolong oleh dokter-dokter yang baik dan menyayanginya. Kesimpulan ini saya ambil dari menyimak cerita-cerita Mami yang lain. Mau tahu? Penasaran kan?!

Mami itu, dulu pernah punya buaya dua ekor. Bayangkan, unik banget! Konon, Sungai Puning, anak Sungai Barito adalah milik keluarga ibunya Mami. Sungai ini kemudian sudah diserahkan ke Pemda. Pada kisaran tahun 1962 di sungai itu ditangkap dua ekor buaya, yang satunya sempat memangsa orang. Iguana, siapa takut

Yang satu itu sudah sangat besar sampai sudah lumutan. Karena sungai itu milik keluarga Mami, maka oleh Pawang buaya, keluarga Mami dipersilahkan naik menunggang di punggung buaya. Tentu saja tidak ada yang mau kecuali Mami Ros yang kala itu sedang berlibur di Kalimantan. Nah, hebat kan?!

Di Balikpapan, sate daging buaya pun pernah disantapnya. Makanya tidak heran, ketika mengunjungi Palembang Bird Park, Mami dengan santainya bermain dengan Iguana dan menyuapi Burung Onta. Coba perhatikan mimik Mami. Luar biasa!!Ayo Makan.jpg

Begitulah dengan berbekal pengalaman masa muda yang penuh tantangan dan semangat juang yang sangat tinggi, Mami bisa melewati terapi demi terapi, bahkan melalui masa-masa kritis.

Waktu itu Mami Ros sudah sangat drop, sudah tidak ada tanda-tanda hidup. Dalam kondisi kritis itu, dokternya menghimbau Mami, “Mami bernafas dong, tolong nafas Mam…” Dokter lainnya meraba lehernya dan mengatakan, “Iya denyut nadi Mami sudah ngga ada…”

Tetapi, Mami mendengar suara dokter dan dia bereaksi. Ia menggoyangkan sedikit kepalanya dan sedikit demi sedikit tanda-tanda hidup mulai kembali. Sungguh suatu mukjizat rasanya. Syukur, puji Tuhan!

Masih banyak kisah-kisahnya yang lain, namun kisah saya sebaiknya selesai sampai di sini dulu, ya. Hehehe, nanti kepanjangan….

Dari semua pengalaman hidupnya, suka duka dalam perjuangan mengatasi penyakitnya, tentu tidak terlepas dari penyertaan Tuhan, karena Tuhan selalu ada di hati Mami.

Semoga Mami Ros tetap survive dan penuh vitalitas melanjutkan perjuangannya bersama rekan-rekan CISC mendukung dan mengedukasi masyarakat untuk hidup sehat dan waspada terhadap penyakit, khususnya kanker.

Kepada para Atlet yang akan bertarung di Asian Games Jakarta-Palembang 18 08 2018, jangan mau kalah semangat dengan Mami Ros.Road to Asian Games 2018

Satukan tekad, raih prestasi, jayalah Indonesia!

 

Leave a comment